Di dunia yang penuh realita ini, sering kita menyaksikan kehidupan manusia bahwa mereka selalu berada dalam kecukupannnya terutama dalam memenuhi aspek kebutuhan duniawi. Salah satu hal yang dapat dilihat bahwa, dalam aspek kesehatan, ada sebagian manusia sangat jarang mengalami sakit bahkan tidak ada sama sekali. Kemudian dalam bidang rezkinya juga selalu bertambah, padahal kehidupannya selalu bergelimangan dalam lembah kemaksiatan. Ada juga sebagian orang yang tidak taat dan kufur sering tampak hidup makin membaik, segar bugar tanpa sakit, makin jauh dari kemiskinan, dan seterusnya.
Allah SWT melimpahkan rezeki,kebahagian,kenikmatan dunia lainnya kepada setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan akan azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan berbuat kemaksiatan. pengertian dari istidraj seperti di (Q.S Al-An’am ayat 44) yang berbunyi
فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُوا۟ بِمَآ أُوتُوٓا۟ أَخَذْنَٰهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ
Yang artinya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)
Mari kita beribadah kepada Allah SWT. dan berjalan di jalan yang benar. Jangan lupa berterima kasih untuk hari karna yang ngasih kita kenikmatan dan rezeki hanya Allah SWT.
Menjalani kehidupan sehari-hari dengan senantiasa menunaikan ibadah mungkin menjadi pilihan untuk sebagian orang. Tidak jarang mereka menghabiskan banyak waktu untuk bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ada yang tidak pernah absen melaksanakan qiyamul lail, ada juga yang senantiasa melengkapi puasa sunnah Senin dan Kamis. Namun, di balik seluruh amalan-amalan tersebut apakah kita sudah dapat termasuk ke dalam golongan hamba yang beruntung di mata Allah?
Sejatinya, tiada yang salah dengan seluruh upaya tadi. Hanya saja sepertinya upaya tersebut belum dapat melengkapi syarat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengelompokkan kita pada golongan orang-orang yang beruntung. Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, bahwasanya Allah berfirman,
“….Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. al-Hasyr: 9)
Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui ayat di atas menegaskan bahwa orang yang berhak masuk dalam golongan beruntung adalah mereka yang senantiasa berusaha melawan kerasnya hati dalam upaya menjadi pribadi yang mulia. Dalam pelaksanaannya mereka biasanya dapat mengendalikan diri untuk selalu mengikuti syariat agama Islam. Upaya tersebut dilakukan dengan berbagai cara terutama dengan menghilangkan rasa cinta terhadap harta sehingga terhindar dari sifat kikir dan mengutamakan diri sendiri.
Terkait hal ini, sedekah adalah tujuan dari berbagai upaya tersebut. Ya, sedekah menjadi salah satu sebab dari keberuntungan yang dimiliki seseorang. Dengan senantiasa bersedekah, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilihara diri orang tersebut dari sifat kikir. Kekikiran adalah perkara yang amat membahayakan. Sifat kikir menghancurkan orang-orang terdahulu. Hal tersebut terjadi lantaran kekikiran kerap kali menimbulkan perselisihan. Perselisihan inilah yang akhirnya memporak porandakan kehidupan seseorang.